Teten Masduki |
Nama : Teten Masduki
Lahir : Garut, Jawa Barat, 6 Mei 1963
Agama : Islam
Istri : Suzana Ramadhani
Anak : Nisrina
Ayah : Masduki
Ibu : Ena Hindasyah
Pendidikan:
- Jurusan Matematika dan Ilmu Kimia, IKIP Bandung (1987)
- Kursus selama tiga bulan tentang kepemimpinan LSM di El Taller, Tunisa(1989)
Karir:
- Staf peneliti pada Institut Studi dan Informasi Hak Asasi Manusia (1978-1989)
- Kepala Litbang Serikat Buruh Merdeka Setiakawan (1989-1990)
- Kepala Divisi Perburuhan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI; 1990-2000)
- Koordinator Forum Solidaritas Buruh (1992-1993)
- Koordinator Konsorsium Pembaruan Hukum Perburuhan (1996-1998)
- Ketua Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (1998-sekarang)
- Anggota Ombudsman Nasional (2000 – sekarang)
Penghargaan:
- Suardi Tasrif Award 1999
- Alumni Berprestasi IKIP Bandung 2000
- Penghargaan Ramon Magsaysay, 2005
Alamat Rumah:
Jalan Kalimantan II/ 8, Jakarta Timur
Alamat Kantor:
Indonesia Corruption Watch
Jl. Kalibata Timur IV/D No. 6 Jakarta Selatan, INDONESIA
Phone : +62 - 21 - 7901 885, 7994 015
Fax : +62 - 21 - 7994 005
Email : icw@antikorupsi.org
Ikon Aktivis Antikorupsi
Teten Masduki, Koordinator Indonesia Corruption Watch mendapat penghargaan Ramon Magsaysay 2005 dari Yayasan Magsaysay, Filipina, atas perjuangannya dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Penyerahan penghargaan dilakukan di Manila 29 Agustus 2005. Sebelumnya, aktivis antikorupsi itu telah pernah mendapat penghargaan Suardi Tasrif Award 1999 dan Alumni Berprestasi IKIP Bandung 2000.
Pria kelahiran Garut, Jawa Barat, 6 Mei 1963, itu mengaku agak surprise mendapat penghargaan itu lantaran merasa apa yang dilakukan selama ini tidak ada yang luar biasa. Menurutnya, apa yang dilakukan sebenarnya memang sudah seharusnya dilakukan, mengingat korupsi di Indonesia sudah sedemikian parah dan menimbulkan problem yang hingga kini sulit diberantas.
Dia memang salah seorang yang pantas dijuluki sebagai ikon aktivis anti korupsi di Indonesia. Kendati berbagai isu miring juga terkadang mewarnai aktivitasnya. Namanya mencuat ketika Indonesia Corruption Watch (ICW), membongkar kasus suap yang melibatkan Jaksa Agung Andi M. Ghalib pada masa pemerintahan BJ Habibie. Gebrakannya melalui ICW itu memaksa Andi Ghalib turun dari jabatannya. Berkat keberaniannya mengungkap kasus itu, Teten dianugerahi Suardi Tasrif Award 1999.
Suami Suzana Ramadhani, ini pun terus menggelorakan gerakan anti korupsi hingga terpilih sebagai penerima Penghargaan Magsaysay untuk kategori pelayanan publik, 2005. Dia menerima penghargaan itu bersama seorang tokoh dari India.
Teten mengakui, penghargaan tersebut memberikan energi baru baginya dalam bergelut di dunia pemberantasan korupsi. Penghargaan ini semakin memperteguh keyakinannya bahwa langkah yang mereka lakukan selama ini meskipun belum membuahkan banyak hasil, tetapi sudah dihargai.
Sebelum Teten, Yayasan Ramon Magsaysay telah memberikan penghargaan kepada 16 warga negara Indonesia, antara lain Nafsiah (dokter), Mochtar Lubis (wartawan), Ali Sadikin (mantan Gubernur DKI Jakarta), HB Yasin (sastrawan), Abdurrahman Wahid (mantan Presiden RI), Pramoedya Ananta Toer (pengarang), Atmakusumah Astraatmadja (tokoh pers), dan Dita Indah Sari (aktivis buruh).
Teten adalah anak seorang petani, ayahnya Masduki dan ibunya Ena Hindasyah. Dia dibesarkan dalam kesederhanaan hidup di Limbangan, Garut, Jawa Barat. Ayahnya sering berpesan agar ia jangan jadi pegawai negeri atau tentara. Pendidikan SD sampai SMA berjalan apa adanya tanpa perhatian khusus dari kedua orang tuanya. Semula ia bercita-cita menjadi insinyur pertanian. Namun akhirnya, ia kuliah di jurusan kimia IKIP Bandung.
Tapi perhatiannya terhadap masalah-masalah sosial sangat menonjol. Bahkan sejak SMA hingga saat kuliah, ia sering ikut kelompok diskusi, mempelajari masalah sosial.
Sejak 1985, Teten mulai terjun di dunia aktivis. Pertama kali dia ikut aksi demontrasi membela petani Garut yang tanahnya dirampas. Kemudian setelah menyelesaikan pendidikannya dari IKIP, dia direkrut LSM informasi dan studi hak asasi manusia. Dia memulai aktivitasnya sebagai staf peneliti pada Institut Studi dan Informasi Hak Asasi Manusia (1978-1989).
Kemudian dia menjabat Kepala Litbang Serikat Buruh Merdeka Setiakawan (1989-1990). Dari sana, dia beranjak menjabat Kepala Divisi Perburuhan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (1990-2000). Ketika itu dia makin banyak berhubungan dengan buruh. Apalagi pada saat yang bersamaan, dia juga aktif sebagai Koordinator Forum Solidaritas Buruh (1992-1993) dan Koordinator Konsorsium Pembaruan Hukum Perburuhan (1996-1998).
Kemudian pada era reformasi, Teten aktif sebagai Koordinator Indonesia Corruption Watch (1998-sekarang). Keterlibatannya di ICW didorong kegeramannya melihat merajalelanya korupsi di negeri ini. Dia pun telah mengungkap berbagai kasus korupsi. Diawali dugaan kasus suap Andi M Ghalib.
Sumber : tokoh-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar